Thursday, January 29, 2009

Detik-detik Rasulullah saw menjelang sakratul maut





Ada sebuah kisah tentang cinta agung yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meskipun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan nasihat, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al-Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk syurga bersama aku."Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba."Rasulullah akan meninggalkan kita semua," resah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di
dunia.Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau boleh. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi
alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah,sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.Lalu Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bahagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,"kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?""Jangan bimbang, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik.Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut
ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. " Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tak tertahan lagi. "Ya Allah, dahsyatnya maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum
bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku". Sehingga ke akhir hayat Rasulullah menyebut dan mengingati umatnya. Rasulullah tidah pernah melihat kita, kita tidak pernah melihat Rasulullah, macam mana timbulnya suatu kasih sayang daripada diri Rasulullah terhadap umatnya?

Fikir-fikirkanlah wahai sahabat, macam mana kita nak membalas kasih sayang Rasulullah. Sekadar kita beramal ibadah ber'uzlah seorang diri tidak cukup untuk menunjukkan kasih sayang kita, tapi ikutilah sirah junjungan Rasulullah hidupnya untuk membawa manusia keluar daripada kegelapan kejahilan kepada nur cahaya yang membetuli kehendak Allah Taala, berdakwah siang dan malam, sanggup dicemuh dan menerima segala bentuk penyeksaan tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk umatnya. Ayuh umat Muhammad bangunlah dan serulah manusia ke arah jalan yang disyariatkan, moga-moga Rasulullah bermurah hati untuk memberi syafaat di hari pembalasan dengan tadhiyyah yang kita lakukan.


Pemergianmu~ - InTeam




0 Comments:

Post a Comment



About This Blog

Photobucket

Lorem Ipsum

Sabda Nabi SAW:
"Allah menyinari cahaya seseorang yang telah mendengar kata-kataku, meninggalkan larangan dan melaksanakan perintah Rasulullah SAW sebagaimana yang didengarinya."

Sabda Nabi SAW:
"Hormatilah Ulama', kerana mereka di sisi Allah SWT adalah pilihan-pilihan Allah SWTyang diberikan kemuliaan."

Sabda Nabi SAW:
"Sesiapa melihat wajah orang berilmu dengan sekali pandang sahaja, dia suka dengan pandangan tersebut maka Allah SWT mencipta daripada pandangan tersebut satu Malaikat yang meminta ampun baginya hingga hari kiamat."

Sabda Nabi SAW:
"Sesiapa memuliakan orang berilmu maka sesungguhnya dia telah memuliakan aku, sesiapa memuliakanku maka sesungguhnya dia telah memuliakan Allah SWT, dan sesiapa memuliakan Allah SWT maka tempatnya adalah di Syurga."

Sabda Nabi SAW:
"Sesiapa menziarahi orang berilmu seolah-olah dia menziarahiku, sesiapa berjabat tangan dengan orang berilmu seolah-olah dia berjabat tangan denganku, sesiapa duduk bersama orang berilmu seolah-olah dia duduk bersamaku semasa di dunia, dan sesiapa yang duduk bersamaku semasa di dunia, aku memberi peluang untuk duduk bersamaku pada hari kiamat."


  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP